Assalammualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, halo selamat datang bro and sist ^_^
Today Saya Blog akan share tentang project work tentang Wisata Budaya Kota Pariaman.
Apa itu wisata budaya? Wisata budaya pada dasarnya adalah suatu bentuk pembangunan ekonomi berdasarkan sumber daya Budaya. Ini juga bentuk pengembangan yang terlepas dari wisatawan dan realitas ekonomi dengan memperoleh pengetahuan dan pemahaman masa lalu.
1. TABUIK
Tabuik sendiri diambil dari bahasa arab ‘tabut’ yang bermakna peti kayu. Nama tersebut mengacu pada legenda tentang kemunculan makhluk berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang disebut buraq. Legenda tersebut mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh buraq. Berdasarkan legenda inilah, setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya.
https://indonesiakaya.com
Menurut kisah yang diterima masyarakat secara turun temurun, ritual ini diperkirakan muncul di Pariaman sekitar tahun 1826-1828 Masehi. Tabuik pada masa itu masih kental dengan pengaruh dari timur tengah yang dibawa oleh masyarakat keturunan India penganut Syiah. Pada tahun 1910, muncul kesepakatan antar nagari untuk menyesuaikan perayaan Tabuik dengan adat istiadat Minangkabau, sehingga berkembang menjadi seperti yang ada saat ini.
Tabuik terdiri dari dua macam, yaitu Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Keduanya berasal dari dua wilayah berbeda di Kota Pariaman. Tabuik Pasa (pasar) merupakan wilayah yang berada di sisi selatan dari sungai yang membelah kota tersebut hingga ke tepian Pantai Gandoriah. Wilayah Pasa dianggap sebagai daerah asal muasal tradisi tabuik. Adapun tabuik subarang berasal dari daerah subarang (seberang), yaitu wilayah di sisi utara dari sungai atau daerah yang disebut sebagai Kampung Jawa.
Awalnya, tabuik memang hanya ada satu, yaitu tabuik pasa. Sekitar tahun 1915, atas permintaan segolongan masyarakat, dibuat sebuah tabuik yang lain. Atas kesepakatan para tetua nagari, tabuik ini harus dibuat di daerah seberang Sungai Pariaman.
Karenanya, tabuik yang kedua ini diberi nama tabuik subarang. Salah satu riwayat sesepuh masyarakat mencatat kejadian tersebut diperkirakan terjadi tahun 1916, tetapi ada pula riwayat yang menyebutkan tahun 1930. Pembuatan tabuik subarang tersebut tetap mengikuti tata cara yang sebelumnya telah berlaku di wilayah Pasa.
Mulai tahun 1982, perayaan tabuik dijadikan bagian dari kalender pariwisata Kabupaten Padang Pariaman. Karena itu terjadi berbagai penyesuaian salah satunya dalam hal waktu pelaksanaan acara puncak dari rangkaian ritual tabuik ini. Jadi, meskipun prosesi ritual awal tabuik tetap dimulai pada tanggal 1 Muharram, saat perayaan tahun baru Islam, tetapi pelaksanaan acara puncak dari tahun ke tahun berubah-ubah, tidak lagi harus pada tanggal 10 Muharram.
Rangkaian tradisi tabuik di Pariaman terdiri dari tujuh tahapan ritual tabuik, yaitu mengambil tanah, menebang batang pisang, mataam, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut.
Prosesi mengambil tanah dilaksanakan pada 1 Muharram. Menebang batang pisang dilaksanakan pada hari ke-5 Muharram. Mataam pada hari ke-7, dilanjutkan dengan mangarak jari-jari pada malam harinya. Pada keesokan harinya dilangsungkan ritual mangarak saroban.
Pada hari puncak, dilakukan ritual tabuik naik pangkek, kemudian dilanjutkan dengan hoyak tabuik. Hari puncak ini dahulu jatuh pada tanggal 10 Muharram, tetapi saat ini setiap tahunnya berubah-ubah antara 10-15 Muharram, biasanya disesuaikan dengan akhir pekan. Sebagai ritual penutup, menjelang maghrib tabuik diarak menuju pantai dan dilarung ke laut.
Setiap tahunnya puncak acara tabuik selalu disaksikan puluhan ribu pengunjung yang datang dari berbagai pelosok Sumatera Barat. Tidak hanya masyarakat lokal saja, festival ini pun mendapat perhatian dari banyak turis asing yang membuatnya menjadi perhelatan besar yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya.
Pantai Gandoriah yang menjadi titik pusat perhatian seakan menjadi lautan manusia, khususnya menjelang prosesi tabuik diarak menuju pantai. Karenanya, jika ada kesempatan, tidak ada salahnya jika festival tabuik ini menjadi alternatif agenda wisata Anda di tahun yang akan datang.
2. RANDAI
Tari-tarian menjadi salah satu warisan kebudayaan di bidang seni pertunjukan. Di Indonesia, salah satu tari-tarian yang masih populer kini ialah tari Randai. Apakah Parents pernah menyaksikannya?
Tarian ini berasal dari daerah Minangkabau, Sumatera Barat. Seperti banyak tarian lainnya, tari Randai ini menjadi tarian yang dipertunjukkan untuk menyambut tamu kehormatan, misalnya saja tamu istimewa maupun pengantin.
Uniknya, gerakan dalam tarian ini memadukan gerakan antara pencak silat dengan gerakan kesenian lainnya. Terdapat kombinasi dari berbagai unsur mulai dari musik pengiring, seni sastra, hingga seni beladiri pencak silat Minang.
https://id.theasianparent.com
Randai ini istilahnya berasal dari kata handai yang mendapat awalan ba, menjadi barandai. Istilah ini artinya adalah obrolan yang hangat dalam suasana santai namun intim. Pertunjukkannya yang terdiri atas gurindam atau syair ini memiliki pesan atau cerita tersendiri bersamaan dengan penampilan para penari. Ada pun cerita rakyat yang seringkali dikisahkan ialah Malin Kundang, Anggun Nan Tongga, Cindua Mato, dan Malin Deman.
Berdasarkan cerita turun temurun, tarian ini berasal dari kebiasaan para pemuda desa di malam hari. Mereka bermain permainan yang disertai dengan gerakan-gerakan silek Awalnya, mereka melakukan kegiatan ini untuk mengasah kemampuan gerakan silek dengan cara melingkar. Kemudian, di dalam lingkaran tersebut atau pelatih silek yang disebut Pangkatua. Gerakan pun dimodifikasi dengan penyampaian pesan melalui syair dan gurindam Minang.
3.GANDANG TASA
Tambua Tasa adalah kesenian khas daerah Pariaman, Sumatera Barat berupa alat musik perkusi yang terdiri dari dua alat musik yaitu Gandang Tambua dan Gandang Tasa. Alat musik ini dimainkan dalam group ditabuh secara terus-menurus dalam formasi terdiri dari sampai 7 (tujuh) orang penabuh yang terbagi menjadi 6 (enam) pemain Gandang Tambua dan 1 (satu) orang pemain Tasa . Gandang Tambua berbentuk seperti tabung dengan bahan yang terbuat dari kayu dengan dua permukaan kulit. Gandang Tambua biasanya dimainkan dengan cara disandang di salah satu bahu pemain dalam posisi berdiri dengan menggunakan dua pemukul tambua, semacam pemukul yang terbuat dari bahan kayu. Sedangkan Tasa lebih mirip setengah bola yang hanya memiliki satu sisi kulit.
Contoh fungsi pertujunjukan kesenian tambua tasa
Pertunjukan kesenian Tambua Tasa tujuannya adalah untuk mengundang perhatian para pengunjung agar tercipta suasana keramain dalam berbagai upacara adat da keagamaan seperti
- Upacara pengangkatan penghulu
- Upacara penyambutan tamu agung
- Upacara khatam Alqur’an
- Upacara adat nagari
- Upacara perkawinan
4. SILEK
adalah salah satu seni bela diri tradisional khas etnis Minangkabau yang berasal-usul dari wilayah Sumatra Barat di Indonesia. Secara asasnya, silek pada mulanya berfungsi sebagai antisipasi pertahanan diri masyarakat Minangkabau untuk menjaga nagari bangso Minangkabau (tanah Sumatra Barat) dari ancaman musuh yang bisa datang sewaktu-waktu. Pada perkembangannya, silek bukan hanya berfungsi sebagai seni bela diri saja, namun juga dapat sebagai sarana hiburan, salah satu contohnya yakni silek biasanya juga dapat dipadukan dengan drama tradisional khas Minangkabau yang dikenal sebagai Randai.
https://id.wikipedia.org
Kajian sejarah silek memang rumit karena diterima dari mulut ke mulut, pernah seorang guru diwawancarai bahwa dia sama sekali tidak tahu siapa buyut gurunya. Bukti tertulis kebanyakan tidak ada. Seorang Tuo Silek dari Pauah, Kota Padang, cuma mengatakan bahwa dahulu silat ini diwariskan dari seorang kusir bendi (andong) dari Limau Kapeh,[2] Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Seorang guru silek dari Sijunjung, Sumatra Barat mengatakan bahwa ilmu silat yang dia dapatkan berasal dari Lintau.[7] Ada lagi Tuo Silek yang dikenal dengan nama Angku Budua mengatakan bahwa silat ini dia peroleh dari Koto Anau, Kabupaten Solok.[8] Daerah Koto Anau di Kabupaten Solok, Bayang dan Banda Sapuluah di Kabupaten Pesisir Selatan, Pauah di Kota Padang atau Lintau di Kabupaten Tanah Datar pada masa lalunya adalah daerah penting di wilayah Minangkabau. Daerah Solok misalnya adalah daerah pertahanan kerajaan Minangkabau menghadapi serangan musuh dari darat, sedangkan daerah Pesisir adalah daerah pertahanan menghadapi serangan musuh dari laut. Tidak terlalu banyak guru-guru silek yang bisa menyebutkan ranji guru-guru mereka secara lengkap.
Jika dirujuk dari buku berjudul Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau karangan Mid Djamal (1986), maka dapat diketahui bahwa para pendiri dari Silek (Silat) di Minangkabau adalah
Datuak Suri Dirajo diperkirakan berdiri pada tahun 1119 Masehi di daerah Pariangan, Padangpanjang, Sumatra Barat.
Kambiang Utan (diperkirakan berasal dari Kamboja,
Harimau Campo (diperkirakan berasal dari daerah Champa),
Kuciang Siam (diperkirakan datang dari Siam atau Thailand) dan
Anjiang Mualim (diperkirakan datang dari Persia).
Pada masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu saja gerakan-gerakan beladiri dari pengawal yang empat orang tersebut turut mewarnai silek itu sendiri. Nama-nama mereka memang seperti nama hewan (Kambing, Harimau, Kucing dan Anjing), namun tentu saja mereka adalah manusia, bukan hewan menurut persangkaan beberapa orang. Asal muasal Kambiang Hutan dan Anjiang Mualim memang sampai sekarang membutuhkan kajian lebih dalam dari mana sebenarnya mereka berasal karena nama mereka tidak menunjukkan tempat secara khas. Mengingat hubungan perdagangan yang berumur ratusan sampai ribuan tahun antara pesisir pantai barat kawasan Minangkabau (Tiku, Pariaman, Air Bangis, Bandar Sepuluh dan Kerajaan Indrapura) dengan Gujarat (India), Persia (Iran dan sekitarnya), Hadhramaut (Yaman), Mesir, Campa (Vietnam sekarang) dan bahkan sampai ke Madagaskar pada masa lalu, bukan tidak mungkin silat Minangkabau memiliki pengaruh dari beladiri yang mereka miliki. Sementara itu, dari pantai timur Sumatra melalui sungai dari Provinsi Riau yang memiliki hulu ke wilayah Sumatra Barat (Minangkabau) sekarang, maka hubungan beladiri Minangkabau dengan beladiri dari Cina, Siam dan Champa bisa terjadi karena jalur perdagangan, agama, ekonomi, dan politik. Beladiri adalah produk budaya yang terus berkembang berdasarkan kebutuhan pada masa itu. Perpaduan dan pembauran antar beladiri sangat mungkin terjadi. Bagaimana perpaduan ini terjadi membutuhkan kajian lebih jauh. Awal dari penelitian itu bisa saja diawali dari hubungan genetik antara masyarakat di Minangkabau dengan bangsa-bangsa yang disebutkan di atas.
Jadi boleh dikatakan bahwa silat di Minangkabau adalah kombinasi dari ilmu beladiri lokal, ditambah dengan beladiri yang datang dari luar kawasan Nusantara. Jika ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa langkah silat di Minangkabau yang khas itu adalah buah karya mereka. Langkah silat Minangkabau sederhana saja, namun di balik langkah sederhana itu, terkandung kecerdasan yang tinggi dari para penggagas ratusan tahun yang lampau. Mereka telah membuat langkah itu sedemikian rupa sehingga silek menjadi plastis untuk dikembangkan menjadi lebih rumit. Guru-guru silek atau pandeka yang lihai adalah orang yang benar-benar paham rahasia dari langkah silat yang sederhana itu, sehingga mereka bisa mengolahnya menjadi bentuk-bentuk gerakan silat sampai tidak hingga jumlahnya. Kiat yang demikian tergambar di dalam pepatah jiko dibalun sagadang bijo labu, jiko dikambang saleba alam (jika disimpulkan hanya sebesar biji labu, jika diuraikan akan menjadi selebar alam)
5. TARI PASAMBAHAN
Tari Pasambahan biasanya ditampilkan dalam acara sambutan atau pembukaan suatu acara. Tari Pasambahan merupakan tari penghormatan dalam acara-acara di Minangkabau. Sebagai wujud rasa hormat terhadap tamu yang datang. Selain itu, penampilan tarian ini untuk menunjukkan hati yang bersih dan niat tulus dari tuan rumah dalam menerima tamu. Kemudian, tamu akan disuguhi daun sirih dan carano sebagai permohonan doa restu dan supaya acara berjalan lancar. Selain penyambutan tamu dan pembukaan acara, Tari Pasambahan ditampilkan juga dalam acara pernikahan yang disebut alek urang minang (pernikahan orang Minangkabau). Tari tersebut sebagai ucapan selamat datang kepada tamu dan sebagai tanda acara dimulai. Dalam sambutan tamu, mempelai pria akan diiringi keluarga menggunakan payung serta musik tradisional tambuah.
https://regional.kompas.com
Tari Pasambahan ditarikan sebanyak 17 penari yang terdiri dari 6 penari pria dan 11 penari wanita. Tari juga bisa ditarikan oleh penari dalam jumlah ganjil. Gerakan dasar Tari Pasambahan berupa gerak-gerak silat. Gerakan penari pria terdiri dari sambah, tagak, serta tagak itiak. Sedangkan, gerakan tari perempuan terdiri dari siganjau lalai atau yang berarti sifat lemah lembut.





0 Komentar